Tips Menyusun Portofolio Bagi UI/UX Designer untuk Mengesankan Rekruter
Dengan semakin ketatnya kompetisi di industri UI/UX design saat ini, sangat penting untuk kamu memikirkan bagaimana caranya supaya bisa stand out dibandingkan designer lainnya.
Bagi seorang UI/UX designer, portfolio adalah salah satu bukti terpenting yang bisa meng-highlight dan menunjukkan kemampuan dan juga karya-karya yang kamu banggakan kepada rekruter.
Sebelum masuk ke tahap wawancara kerja, pastinya rekruter perlu melihat sampel dari karya yang pernah kamu buat. Fungsinya bukan hanya untuk menilai bakat dan kemampuanmu dalam membuat desain, tetapi juga melihat proses berpikir serta pertimbangan yang kamu lalui hingga tahap hasil akhir yang ada di dalam portofolio tersebut.
Karena perannya yang sangat penting, portofolio tidak bisa dibuat asal tempel.
Nah terus gimana caranya biar portofolio gak asal tempel?
Langsung saja mari kita simak beberapa tips penting menyusun portofolio bagi UI/UX Designer, mulai dari apa saja yang harus ada di dalam portofolio hingga platform gratis yang bisa kamu manfaatkan untuk membuat dan publikasi portofoliomu!
Apa Saja yang Bisa Kamu Masukkan di Portfoliomu?
Karya dari Hasil Tugas (Kuliah/Sekolah)
Jika kamu pernah mengerjakan sebuah project yang berhubungan dengan UI/UX design untuk tugas kuliah atau sekolahmu, kamu bisa, lho, memasukkannya ke dalam portfolio!
Opsi ini bisa kamu pilih jika kamu belum memiliki pengalaman kerja atau belum pernah terlibat dalam project profesional lainnya.
Pernah membuat UI/UX design untuk kepentingan program organisasi kampus atau sekolah? Kamu juga bisa memasukkan karyamu tersebut ke dalam portofolio! Jangan takut ataupun ragu untuk memasukkan proyek-proyek tersebut bila proyek tersebut memang bisa menunjukkan skill dan kemampuan kamu dalam bidang UI/UX kepada rekruter.
Karya dari Personal Project
Personal project adalah salah satu hal yang paling umum ditemukan dalam portfolio seorang UI/UX designer. Apa itu personal project? Personal project adalah project yang kamu buat dan kembangkan sendiri.
Jadi kamu bisa buat karya seakan-akan project tersebut merupakan bagian dari pekerjaan, padahal ini hanya project pribadi yang kamu kerjakan karena inisiatif sendiri di waktu luangmu.
Personal project bisa menunjukkan bahwa kamu benar-benar tertarik dengan UI/UX design kepada rekruter dan membuktikan bahwa kamu orang yang mau mengasah skill secara mandiri.
Bingung mau buat personal project seperti apa? Inspirasi ide di bawah ini bisa kamu manfaatkan untuk mulai membuat personal project:
- Desain UI untuk website sebuah brand tertentu
Nah, bisa banget nih kalau kamu mau coba-coba mendesain website untuk sebuah brand. Atau bisa juga kamu mendesain ulang sebuah website brand yang sudah ada, tentunya dengan sentuhan, ciri khas, dan inovasimu sendiri!
- Mendesain ulang sebuah aplikasi
Sering tidak puas dengan UI/UX design sebuah aplikasi? Kamu juga bisa coba mendesain ulang UI/UX sebuah aplikasi, lho! Contohnya kamu bisa buat mock interface untuk aplikasi seperti Instagram, Twitter, atau Facebook. Tentunya dengan sentuhanmu sendiri, disertai dengan alasan mengapa kamu memutuskan untuk mendesain ulang sebuah aplikasi dengan gaya tertentu.
Karya dari Kompetisi
Tips menyusun portofolio bagi UI/UX Designer selanjutnya adalah memasukkan karya yang pernah kamu ikutsertakan dalam kompetisi!
Selain dapat menunjukkan bakatmu, kamu juga bisa menunjukkan pada rekruter bahwa kamu memiliki keinginan untuk step out of your comfort zone dan mau menerima tantangan dengan mengikuti berbagai kompetisi atau lomba.
Apalagi kalau kamu berhasil menjadi juaranya, wah, hal tersebut bisa menunjukkan kepada rekruter bahwa skill yang kamu miliki bahkan bisa menuai prestasi!
Karya dari Blog/Website Pribadi
Kamu juga bisa menunjukkan sedikit dari personality kamu dengan memasukkan blog atau website yang pernah kamu buat ke dalam portofoliomu.
Hal tersebut tidak hanya dapat menunjukkan kemampuanmu dalam user interface, tetapi juga dalam hal user experience.
Rekruter dapat melihat dari caramu mendesain website tersebut dan juga kemudahan para pengunjung dalam menavigasi dan mengeksplor blog atau website-mu.
Karya dari Pekerjaan Freelance
Jika kamu pernah mengambil pekerjaan freelance menjadi seorang UI/UX designer, hasil karyamu tersebut juga bisa kamu masukkan ke dalam portfolio-mu, lho (tentunya dengan persetujuan sang klien, ya)!
Selain bisa menunjukkan bakatmu, menjadi seorang freelancer juga dapat menunjukkan kepada rekruter bahwa kamu memiliki softskill yang baik karena kamu dapat berinteraksi dengan klien, kemampuan mengatur waktu, dan masih banyak lagi.
Nah, banyak banget kan hal-hal yang bisa kamu masukkan ke portfolio-mu? Intinya, hal yang perlu kamu ingat adalah portfolio adalah kumpulkan dari karya-karya terbaikmu yang bisa menunjukkan skill dan kemampuan maksimal-mu kepada para rekruter.
Komponen Penting Agar Portofoliomu Tidak Hanya Asal Tempel
Lebih baiknya lagi, jangan hanya menyertakan gambar-gambar atau foto dari hasil karyamu. Tapi, sertakan juga penjelasan singkat dari latar belakang dan signifikasi dari proyek tersebut.
Rekruter perlu menilai proses berpikir dan workflow yang kamu terapkan saat membuat UI/UX design.
Berdasarkan penelitian dari nngroup.com, inilah beberapa poin utama yang perlu dicari di dalam portofolio menurut para professional yang bergelut di bidang UX:
- Proses secara keseluruhan mulai dari tahap awal saat designer mendapatkan opportunity hingga berhasil memproduksi real value atau signifikansi kepada seorang user dan organisasinya
- Alasan di balik komponen tertentu yang tidak dimasukkan ke dalam hasil akhir, serta alasan mengapa elemen-elemen tertentu dimasukkan di produk ahir
- Tidak hanya hasil akhirnya saja, rekruter juga ingin melihat proses kreatifnya, mulai dari segala upaya dan riset yang dilakukan untuk menghasilkan desain akhir tersebut. Tunjukkan masalah yang ingin dipecahkan, peranmu dalam merumuskan solusi tersebut, kendala yang ditemui, project timeline, hingga perubahan-perubahan yang kamu lakukan dan bagaimana penemuanmu dari riset yang kamu lakukan dapat membantumu dalam membuat sebuah desain tertentu.”
Poin-poin di atas bisa dikatakan sebagai tips menyusun portofolio bagi UI/UX Designer yang sebenarnya lebih condong kepada bidang UX. Hal tersebut dikarenakan bidang UX lebih banyak berurusan dengan pengalaman user dalam memakai sebuah produk.
Maka baiknya proyek-proyekmu juga disertakan penjelasan singkat mengapa kamu memilih komponen tertentu, atau mengapa kamu memilih susunan tertentu untuk hasil akhir UX design.
Namun, ada baiknya juga kamu mengingat bahwa rekruter umumnya tidak memiliki cukup waktu untuk membaca semua kalimat di portfoliomu kata per kata, jadi jangan sampai penjelasanmu terlalu panjang juga, ya. Highlight saja poin-poin penting dari proyekmu dan pastikan tujuanmu tersampaikan dengan baik dan efisien.
Platform untuk Membuat dan Publikasi Portofolio
- Behance.net
Behance adalah platform sosial media yang dikembangkan oleh Adobe agar orang-orang bisa menunjukkan karya-karya kreatif mereka dan juga menemukan bermacam-macam karya dari para user lainnya.
Kamu bisa memanfaatkan behance untuk menunjukkan kemampuanmu dalam bidang kreatif dengan mengunggah berbagai karyamu. Apalagi dengan banyaknya user yang ada di behance, kemungkinan seorang rekruter atau professional melihat dan tertarik dengan karyamu juga cukup tinggi. Pada bulan Juli 2018 saja, jumlah pengguna behance sudah mencapai 10 juta users, lho!
2. Instagram
Siapa sih yang nggak kenal Instagram? Instagram adalah salah satu platform sosial media yang paling terkenal di seluruh dunia. Setidaknya ada sekitar 1 miliar pengguna aktif perbulannya di Instagram. WOW!
Kamu juga bisa mengunggah video singkat untuk menjelaskan proyek atau hasil karyamu ke Instagram. Baiknya, kamu memang membuat akun khusus portfolio yang kamu gunakan secara profesional untuk mengunggah karya-karyamu saja.
Tentunya kita tidak melupakan pentingnya dari membangun personal brand! Dengan banyaknya user aktif di Instagram, kamu juga bisa membangun following-mu, lho. Secara tidak langsung, followers yang banyak pada akun sosial mediamu bisa membangun kredibilitas diri untuk lebih meyakinkan para rekruter.
3. Figma.com
Menurut idcloudhost.com, Figma adalah aplikasi desain berbasis cloud dan alat prototyping untuk proyek digital. Terutama dalam bidang UI/UX, Figma sangat berjasa karena bisa digunakan untuk membuat berbagai prototype produk seperti website dan aplikasi. Banyak sekali UI/UX designer yang sudah bekerja untuk sebuah perusahaan atau organisasi untuk menggunakan Figma dalam proses prototyping mereka.
Maka dari itu, menggunakan Figma merupakan salah satu pilihan yang paling tepat untuk membangun proyek-proyekmu. Kemudian, kamu bisa mencantumkan link atau tautannya di resumé atau CV!
Ayo segera terapkan beberapa tips menyusun portofolio bagi UI/UX Designer di atas untuk mengesankan rekruter! Portofolio ibarat senjata utama supaya kamu bisa menang di ‘perang’ dengan jobseeker lainnya :D Semoga cita-cita untuk bekerja sebagai UI/UX designer tidak lagi menjadi sekadar impian, ya!
MyEduSolve ingin membantu calon designer terbaik Indonesia sepertimu untuk siap melangkah lebih jauh dalam meraih karier impian. Salah satunya melalui peningkatan skill dan profisiensi dalam menggunakan software design Adobe melalui sertifikasi internasional.
Selain portofolio yang mengagumkan, jadilah kandidat yang lebih stand out dibandingkan job seekers lainnya dengan cara bersertifikasi Adobe Certified Professional!
Kunjungi website resmi kami di www.myedusolve.com untuk mempelajari lebih jauh mengenai ujian sertifikasi Adobe Certified Professional. Kami juga menyediakan akses LearnKey dan GMetrix untuk membantumu mempersiapkan diri agar lulus ujian sertifikasi!
Get certified, Be qualified.
Jangan lewatkan insights dan info menarik seputar karier, job seeking, literasi digital, hingga webinar dan workshop gratis dengan cara follow akun resmi MyEduSolve di:
LinkedIn : MyEduSolve
Instagram : @myedusolve
Facebook : MyEduSolve